Topik : Kebijakan Moneter
Judul : ANALISIS
MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER JALUR NILAI TUKAR DENGAN PENDEKATAN VECM PERIODE
2005:1-2012:12
Penulis :
- Nurobi Goldiman Wardianda
- Dian Octaviani R
Semakin terbuka pola perekonomian dan sistem keuangan
suatu negara akan tercemin dari peningkatan transaksi perdagangan dan arus dana
yang masuk dan keluar di negara yang bersangkutan. Aliran dana tersebut akan
mempengaruhi besaran jumlah uang beredar, suku bunga, dan nilai tukar dalam
perekonomian yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
dan inflasi. Hal ini yang akan menjadi tantangan bagi kebijakan moneter yang
akan dijalankan oleh otoritas moneter yang dalam hal ini adalah Bank Indonesia
(BI). Kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral dimaksudkan untuk
mempengaruhi kegiatan ekonomi riil dan harga melalui mekanisme transmisi yang
terjadi. Mekanisme transmisi kebijakan moneter dapat bekerja melalui berbagai
saluran, seperti suku bunga, agregat moneter, kredit, nilai tukar, harga aset,
dan ekspektasi (Warjiyo dan Agung, 2002). Variabel nilai tukar terbukti
merupakan indikator terbaik dari inflasi dan memberikan efek langsung terhadap
inflasi (Agung et al 2002). Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
data sekunder berdasarkan runtut waktu (time series) bulanan, yaitu
bulan Januari 2005 sampai Desember 2013 (atau sebanyak 96 sampel). Data
didapatkan dari Statistik Ekonomi Keuangan (SEKI) Bank Indonesia dan Badan
Pusat Statistik (BPS). Hubungan antara variabel sasaran operasional (suku bunga
PUAB) terhadap nilai tukar memiliki pengaruh yang positif dan signifikan, hal
ini tidak sesuai dengan teori dimana seharusnya kenaikan tingkat suku bunga
akan menaikkan nilai mata uang rupiah terhadap US dollar (apresiasi) bila
terjadi penurunan suku bunga akan menurunkan juga nilai mata uang atau
depresiasi. Hubungan antara variabel sasaran antara (nilai tukar) terhadap
sasaran akhir yakni tingkat harga adalah positif dan positif, hal ini sesuai
dengan teori, bila rupiah terdepresiasi maka akan menyebabkan harga barang di
luar negeri menjadi lebih murah, sehingga akan menyebabkan tingginya impor
terhadap barang, yang akan menyebabkan kenaikan harga barang input yang
digunakan dalam proses produksi yang kebanyakan disumbang dari komponen impor.
Hasil analisa "Impulse Response" ditemukan bahwa pengaruh dari shock
yang diakibatkan oleh perubahan suku bunga PUAB akan menyebabkan depresiasi
nilai tukar dan peningkatan ekspor, dimana hal ini tidak bekerja sesuai dengan
teori, dimana kenaikan tingkat suku bunga PUAB seharusnya akan menyebabkan
apresiasi nilai tukar rupiah terhadap US dollar, dan diikuti oleh penurunan
tingkat ekspor serta penurunan tingkat pendapatan nasional. Sedangkan pada
grafik impulse response terlihat adanya mekanisme langsung dari suku bunga ke
nilai tukar (sektor moneter) dan ditransmisikan ke sektor riil yakni total
ekspor. Dilihat dari analisa Variance Decomposition dapat dinyatakan bahwa
selama periode tahun 2005-2012, sumbangan varians terhadap pendapatan nasional
disumbang oleh ekspor dan nilai tukar, sementara itu sumbangan varian terhadap
harga disumbang oleh nilai tukar, dan suku bunga PUAB.
Jurnal Ekonomi Pembangunan Trisakti (e-Journal) Volume. 1 Nomor. 1
Februari 2014 Hal. 59-72, ISSN : 2339-0840
Tulisan
ini untuk memenuhi Tugas Softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama
: D.N. Hanifa
Dosen
: Jessica Barus
Universitas
Gunadarma
0 comments:
Posting Komentar