Senin, 27 Juni 2016

Analisis Jurnal 2



Topik               : Kebijakan Moneter
Judul         : ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER JALUR NILAI TUKAR DENGAN PENDEKATAN VECM PERIODE 2005:1-2012:12
Penulis  :

  1. Nurobi Goldiman Wardianda
  2. Dian Octaviani R

Semakin terbuka pola perekonomian dan sistem keuangan suatu negara akan tercemin dari peningkatan transaksi perdagangan dan arus dana yang masuk dan keluar di negara yang bersangkutan. Aliran dana tersebut akan mempengaruhi besaran jumlah uang beredar, suku bunga, dan nilai tukar dalam perekonomian yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Hal ini yang akan menjadi tantangan bagi kebijakan moneter yang akan dijalankan oleh otoritas moneter yang dalam hal ini adalah Bank Indonesia (BI). Kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral dimaksudkan untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi riil dan harga melalui mekanisme transmisi yang terjadi. Mekanisme transmisi kebijakan moneter dapat bekerja melalui berbagai saluran, seperti suku bunga, agregat moneter, kredit, nilai tukar, harga aset, dan ekspektasi (Warjiyo dan Agung, 2002). Variabel nilai tukar terbukti merupakan indikator terbaik dari inflasi dan memberikan efek langsung terhadap inflasi (Agung et al 2002). Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berdasarkan runtut waktu (time series) bulanan, yaitu bulan Januari 2005 sampai Desember 2013 (atau sebanyak 96 sampel). Data didapatkan dari Statistik Ekonomi Keuangan (SEKI) Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik (BPS). Hubungan antara variabel sasaran operasional (suku bunga PUAB) terhadap nilai tukar memiliki pengaruh yang positif dan signifikan, hal ini tidak sesuai dengan teori dimana seharusnya kenaikan tingkat suku bunga akan menaikkan nilai mata uang rupiah terhadap US dollar (apresiasi) bila terjadi penurunan suku bunga akan menurunkan juga nilai mata uang atau depresiasi. Hubungan antara variabel sasaran antara (nilai tukar) terhadap sasaran akhir yakni tingkat harga adalah positif dan positif, hal ini sesuai dengan teori, bila rupiah terdepresiasi maka akan menyebabkan harga barang di luar negeri menjadi lebih murah, sehingga akan menyebabkan tingginya impor terhadap barang, yang akan menyebabkan kenaikan harga barang input yang digunakan dalam proses produksi yang kebanyakan disumbang dari komponen impor. Hasil analisa "Impulse Response" ditemukan bahwa pengaruh dari shock yang diakibatkan oleh perubahan suku bunga PUAB akan menyebabkan depresiasi nilai tukar dan peningkatan ekspor, dimana hal ini tidak bekerja sesuai dengan teori, dimana kenaikan tingkat suku bunga PUAB seharusnya akan menyebabkan apresiasi nilai tukar rupiah terhadap US dollar, dan diikuti oleh penurunan tingkat ekspor serta penurunan tingkat pendapatan nasional. Sedangkan pada grafik impulse response terlihat adanya mekanisme langsung dari suku bunga ke nilai tukar (sektor moneter) dan ditransmisikan ke sektor riil yakni total ekspor. Dilihat dari analisa Variance Decomposition dapat dinyatakan bahwa selama periode tahun 2005-2012, sumbangan varians terhadap pendapatan nasional disumbang oleh ekspor dan nilai tukar, sementara itu sumbangan varian terhadap harga disumbang oleh nilai tukar, dan suku bunga PUAB.

Jurnal Ekonomi Pembangunan Trisakti (e-Journal) Volume. 1 Nomor. 1 Februari 2014 Hal. 59-72, ISSN : 2339-0840

Tulisan ini untuk memenuhi Tugas Softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama   : D.N. Hanifa
Dosen  : Jessica Barus
Universitas Gunadarma

0 comments:

Posting Komentar

 

Welcome Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang