Senin, 27 Juni 2016

Motivasi Kerja Mahasiswa Jurusan Akuntansi Setelah Mempelajari Bidang-Bidang Akuntansi



Banyak perguruan tinggi ternama, baik perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta dari berbagai jurusan disiplin ilmu yang berlomba-lomba menciptakan peserta didik atau lulusan yang terbaik dan siap bersaing di dunia pekerjaan nantinya, karena tidak dapat dipungkiri lapangan pekerjaan saat ini sangat minim jika dibandingan dengan jumlah pencari kerja.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) RI, tingkat penggangguran terbuka (TPT) pada tarikh Februari 2013 mencapai 5,29% di mana jumlah pengangguran terbuka sebanyak 7.170.523 orang dengan latar belakang pendidikan dari universitas hingga yang tidak/ belum pernah sekolah. Ini sungguh mencengangkan sebab tidak diimbangi dengan jumlah lapangan kerja yang memadai. Terlebih lagi pengembangan kawasan bisnis, niaga, dan pemerintahan terpusat di pulau Jawa saja khususnya di provinsi DKI Jakarta. Mau tidak mau, pencari kerja harus betul-betul membekali diri dengan ilmu teori dan praktik secara mendalam dan memiliki ketekunan dalam berusaha. Lain halnya dengan lulusan yang berpotensi sebagai pencipta lapangan kerja. Rendahnya lowongan kerja dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja  menjadi salah satu  penyebab semakin besarnya jumlah pengangguran. Padahal  tiap tahunnya banyak sekali lulusan sarjana. Hal ini jelas membuat kompetisi kerja semakin tinggi, apalagi ditambah dengan adanya perdagangan bebas, yang diikuti dengan  derasnya mobilisasi   pekerja-pekerja asing, seperti dari Singapura, Malaysia, Thailand, dan lain-lain. Seperti contohnya adalah saat ini banyak perusahaan-perusahaan kontraktor lebih percaya kepada konsultan asing  seperti dari Jepang , Filipina, dan lainnya. Jadi kita tidak hanya bersaing dengan lulusan dalam negeri saja, tetapi juga dari luar negeri.
Untuk menghadapinya, selain dengan meningkatkan potensi diri  dengan penguasaan beberapa keterampilan seperti keterampilan berbahasa asing dan penguasaan teknologi.  Kita juga dituntut untuk pandai dalam memilih bidang yang memiliki prospek baik ke depan. Salah satu pilihan itu adalah Akuntansi. Ditengah krisis moneter yang membuat lesunya perekonomian, jasa akuntan tak kunjung henti dibutuhkan. Malah  ketika reformasi bergulir, dan masyarakat menuntut transparansi dari pemerintah maupun sektor swasta, jasa akuntan semakin dibutuhkan. Prospek kerja yang cukup menjanjikan dari bidang akuntansi ini menjadikan Jurusan Akuntansi  menjadi  salah satu jurusan favorit di berbagai Universitas dan Perguruan Tinggi.

Sumber:
Berita online: (Kompasiana.com 2013)

Tulisan ini untuk memenuhi Tugas Softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama   : D.N. Hanifa
Dosen  : Jessica Barus
Universitas Gunadarma

Analisis Jurnal 3



Topik               :  IFRS (International Financial Reporting Standards)
Judul          : DAMPAK KONVERGENSI INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS TERHADAP NILAI RELEVAN INFORMASI AKUNTANSI
Penulis  :
  1. Siti Suprihatin
  2. Elok Tresnaningsih
Konvergensi PSAK dengan IFRS/IAS merupakan salah satu komitmen dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang telah bergabung dengan International Federation of  Accountants (IFAC). Diharapkan konvergensi PSAK ke dalam IFRS akan meningkatkan fungsi pasar modal global dengan menyediakan informasi yang lebih dapat diperbandingkan dan berkualitas tinggi kepada investor (Barth 2008). Selain itu IFRS menjanjikan tersedianya informasi keuangan yang lebih akurat, komprehensif dan tepat waktu dibandingkan standar akuntansi nasional yang banyak dipengaruhi oleh hukum negara, politik dan perpajakan di negara tersebut (Ball 2006). Penerapan IFRS diklaim akan memberi manfaat bagi peningkatan kualitas laporan keuangan. Pemilihan sampel dilakukan menggunakan metode purposive sampling. Untuk menguji hipotesis-hipotesis dalam penelitian ini digunakan 2 model regresi, yaitu model penelitian (1) dan model penelitian (2). Model penelitian (1) digunakan untuk menguji hipotesis H1A dan H1B bahwa penerapan IFRS telah memperkuat hubungan antara harga saham dengan nilai buku ekuitas dan laba perusahaan pada tahap awal penerapan IFRS. Model penelitian (2) digunakan untuk menguji hipotesis H2A dan H2B, bahwa penerapan IFRS akan memperkuat hubungan antara harga saham dengan nilai buku dan laba perusahaan pada tahap lanjut penerapan IFRS. Hasil Model (1), variabel moderasi POST*BVPS berkoefisien negatif dan tidak signifikan. Hasil Model 2 pada Tabel 4 memperlihatkan bahwa variabel moderasi POST*BVPS ber-koefisien positif dan signifikan pada α=1%. Penerapan IFRS pada tahap awal tidak terbukti meningkatkan relevansi nilai dari nilai buku ekuitas terhadap harga saham, dibandingkan dengan sebelum penerapan IFRS. Hal ini mungkin disebabkan masih sangat terbatasnya PSAK berbasis IAS/IFRS yang berlaku efektif dalam periode ini, sehingga investor menilai belum ada peningkatan kualitas angka nilai buku ekuitas dalam laporan keuangan. Penerapan IFRS pada tahap awal terbukti meningkatkan relevansi nilai dari laba terhadap harga saham, dibandingkan dengan tahap sebelum penerapan IFRS. Hasil ini menunjukkan bahwa meskipun pada tahap awal PSAK berbasis IAS/IFRS yang diberlakukan masih sangat ter-batas, namun investor menilai telah ada peningkatan kualitas laba yang disajikan dalam laporan keuangan. Penerapan IFRS pada tahap lanjut terbukti meningkatkan relevansi nilai buku ekuitas dan laba terhadap harga saham. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberlakuan lebih banyak PSAK ber-basis IFRS telah dipersepsikan oleh investor sebagai adanya peningkatan kualitas laporan keuangan, khususnya kualitas angka nilai buku ekuitas dan angka laba.

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2013, Vol. 10, No. 2, - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

Tulisan ini untuk memenuhi Tugas Softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama   : D.N. Hanifa
Dosen  : Jessica Barus
Universitas Gunadarma

Analisis Jurnal 2



Topik               : Kebijakan Moneter
Judul         : ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER JALUR NILAI TUKAR DENGAN PENDEKATAN VECM PERIODE 2005:1-2012:12
Penulis  :

  1. Nurobi Goldiman Wardianda
  2. Dian Octaviani R

Semakin terbuka pola perekonomian dan sistem keuangan suatu negara akan tercemin dari peningkatan transaksi perdagangan dan arus dana yang masuk dan keluar di negara yang bersangkutan. Aliran dana tersebut akan mempengaruhi besaran jumlah uang beredar, suku bunga, dan nilai tukar dalam perekonomian yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Hal ini yang akan menjadi tantangan bagi kebijakan moneter yang akan dijalankan oleh otoritas moneter yang dalam hal ini adalah Bank Indonesia (BI). Kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral dimaksudkan untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi riil dan harga melalui mekanisme transmisi yang terjadi. Mekanisme transmisi kebijakan moneter dapat bekerja melalui berbagai saluran, seperti suku bunga, agregat moneter, kredit, nilai tukar, harga aset, dan ekspektasi (Warjiyo dan Agung, 2002). Variabel nilai tukar terbukti merupakan indikator terbaik dari inflasi dan memberikan efek langsung terhadap inflasi (Agung et al 2002). Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berdasarkan runtut waktu (time series) bulanan, yaitu bulan Januari 2005 sampai Desember 2013 (atau sebanyak 96 sampel). Data didapatkan dari Statistik Ekonomi Keuangan (SEKI) Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik (BPS). Hubungan antara variabel sasaran operasional (suku bunga PUAB) terhadap nilai tukar memiliki pengaruh yang positif dan signifikan, hal ini tidak sesuai dengan teori dimana seharusnya kenaikan tingkat suku bunga akan menaikkan nilai mata uang rupiah terhadap US dollar (apresiasi) bila terjadi penurunan suku bunga akan menurunkan juga nilai mata uang atau depresiasi. Hubungan antara variabel sasaran antara (nilai tukar) terhadap sasaran akhir yakni tingkat harga adalah positif dan positif, hal ini sesuai dengan teori, bila rupiah terdepresiasi maka akan menyebabkan harga barang di luar negeri menjadi lebih murah, sehingga akan menyebabkan tingginya impor terhadap barang, yang akan menyebabkan kenaikan harga barang input yang digunakan dalam proses produksi yang kebanyakan disumbang dari komponen impor. Hasil analisa "Impulse Response" ditemukan bahwa pengaruh dari shock yang diakibatkan oleh perubahan suku bunga PUAB akan menyebabkan depresiasi nilai tukar dan peningkatan ekspor, dimana hal ini tidak bekerja sesuai dengan teori, dimana kenaikan tingkat suku bunga PUAB seharusnya akan menyebabkan apresiasi nilai tukar rupiah terhadap US dollar, dan diikuti oleh penurunan tingkat ekspor serta penurunan tingkat pendapatan nasional. Sedangkan pada grafik impulse response terlihat adanya mekanisme langsung dari suku bunga ke nilai tukar (sektor moneter) dan ditransmisikan ke sektor riil yakni total ekspor. Dilihat dari analisa Variance Decomposition dapat dinyatakan bahwa selama periode tahun 2005-2012, sumbangan varians terhadap pendapatan nasional disumbang oleh ekspor dan nilai tukar, sementara itu sumbangan varian terhadap harga disumbang oleh nilai tukar, dan suku bunga PUAB.

Jurnal Ekonomi Pembangunan Trisakti (e-Journal) Volume. 1 Nomor. 1 Februari 2014 Hal. 59-72, ISSN : 2339-0840

Tulisan ini untuk memenuhi Tugas Softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama   : D.N. Hanifa
Dosen  : Jessica Barus
Universitas Gunadarma

Analisis Jurnal 1



Topik               : Nilai Tukar Rupiah
Judul        : PENGARUH FLUKTUASI KURS TERHADAP EKSPOR RUMAH PANGGUNG DIKOTA TOMOHON PERIODE 2005-2014
Penulis  :
  1. Priskila Tulus,
  2. Sutomo Wim Palar, dan
  3. Steeva Y L Tumangkeng
Perubahan tatanan perekonomian dunia ditandai oleh globalisasi yang tidak lagi mengenal batas wilayah atau negara dan munculnya kecenderungan pembentukan preferensi perdagangan antar negara sekawan. Pada era globalisasi yang nantinya pasti bergulir, tentu akan menimbulkan konsekuensi dari dunia usaha tidak terkecuali dunia industri. Di Indonesia banyak rumah yang dibangun berbahan kayu, salah satu adalah rumah kayu Minahasa. Kurangnya pasokan bahan baku kayu bagi industri telah lama berlangsung di Indonesia sejak berkurangnya produksi kayu dari hutan alam. Sedangkan dua permasalahan umum lainnya yaitu kebijakan dan iklim usaha yang kurang kondusif serta kompetensi SDM, teknologi, kelembagaan dan sarana/prasarana. Dalam penelitian ini, data-data yang digunakan adalah jenis data sekunder. Data sekunder dimana data-data tersebut dikumpulkan dari beberapa instansi terkait seperti : BPS (Badan Pusat Statistik), Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sulawesi Utara, Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Tomohon, Dinas Catatan Sipil Kota Tomohon, Bank Indonesia. Serta dari pengamatan langsung pada perusahaan rumah panggung terkait yang ada dikota Tomohon. Data-data yang diperoleh antara lain adalah data ekspor rumah panggung kota Tomohon ke negara tujuan, kurs rupiah terhadap US $ (kurs tengah). Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis regresi. Dalam menganalisis data yang dikumpulkan akan digunakan model ekonometrika. Model ekonometrika yang akan digunakan penelitian ini adalah model regresi sederhana. Untuk mendapatkan hasil regresi antar variabel independen (Nilai Tukar Rupiah / Dollar US$ dan variabel dependen (volume ekspor rumah panggung) maka digunakan data sekunder. Data tersebut diestimasikan dengan analisis regresi linier sederhana (OLS): Ŷ = (-10,021) + 3,700 X yang berarti jika X naik 1% makaY akan meningkat sebesar 3,700 % dan nilai signifikan uji t sebesar 2,136 yang mana lebih besar dari t tabel yang berarti tidak ada pengaruh. Dan koefisien determinasi R2 sebesar 0,153 yang berarti kontribusi X terhadap Y ialah sebesar 15,3 %. Untuk mendapatkan hasil regresi antar variabel (independen) Nilai Tukar Rupiah / Dollar US$ (kurs) dan variabel (dependen) nilai ekspor rumah panggung maka digunakan data sekunder. Data tersebut diestimasikan dengan analisis regresi linier sederhana (OLS): Ŷ = 3,848 + 0,033 X yang berarti jika X naik 1% maka Y meningkat 0,033% dan nilai signifikan uji t sebesar 1,198 yang mana lebih kecil dari t tabel yang berarti tidak ada pengaruh. Dan koefisien determinasi R2 sebesar 0,151 yang berarti kontribusi X terhadap Y ialah sebesar 15,1 %. Hasil analisis yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa nilai tukar rupiah/dollar (Kurs) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor rumah panggung kota Tomohon. Dari hasil regresi volume diketahui bahwa nilai adalah 0,153, yang berarti variasi dari perubahan nilai Kurs hanya mempengaruhi volume ekspor sebesar 1,5%. Sedangkan hasil regresi nilai, nilai adalah 0151, yang berarti variasi dari perubahan nilai kurs juga mempengaruhi nilai ekspor sebesar 1,5 %.

Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 15 No. 04 Tahun 2015 - Ekonomi Pembangunan FEB Universitas Sam Ratulangi Manado

Tulisan ini untuk memenuhi Tugas Softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama   : D.N. Hanifa
Dosen  : Jessica Barus
Universitas Gunadarma

 

Welcome Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang